Kamis, 05 Februari 2009

Tahukah Kamu???

Pensil Dan Penghapus Karet

Bagi anak kecil, pensil dan penghapus merupakan alat tulis yang sangat dibutuhkan. Maklum saja mereka belum diperbolehkan menggunakan pena. Goresan pensil yang salah tulis dapat dihapus dengan menggunakan penghapus, tentu saja sangat memudahkan mereka untuk mengkoreksi tulisan yang salah. Tapi tahukah Anda, ternyata pensil diketemukan lebih dahulu daripada penghapus karet?

Pensil primitif sudah digunakan pada tahun 1560-an di benua Eropa dimana timbal atau grafit dimasukan ke dalam wadah kayu untuk menulis. Timbal dan grafit digunakan karena kedua bahan ini memberikan efek goresan abu-abu. Pada saat itu grafit disalahartikan sebagai timah karena sifatnya yang hampir sama maka ada istilah "pensil timah."

Barulah tahun 1779, timah dapat dibedakan dengan grafit setelah seorang ahli kimia, Carl W. Scheele meneliti mengenai sifat grafit dan timah. Ia menyimpulkan bahwa grafit merupakan komposisi molekul karbon murni yang lunak dan sifat ini jauh berbeda dengan timah. Pada tahun 1789 seorang ahli geologi, Abraham G Werner memberi nama grafit yang berasal dari perkataan Yunani graphein, artinya menulis.

Saat itu grafit di Eropa kurang bermutu sehingga banyak pabrik pensil yang bereksperimen untuk memperbaiki isi pensil seperti yang dilakukan oleh Insinyur asal Prancis, Nicolas-Jacques Conte. Ia mencampur bubuk grafit dengan tanah liat kemudian membentuk campuran itu menjadi batang lalu membakarnya dalam perapian.

Hasilnya ia dapat membuat isi pensil yang dapat menghasilkan berbagai gradasi warna hitam. Proses yang dilakukan Conte-lah yang digunakan sampai sekarang untuk membuat isi pensil. Produksi masal pensil dimulai pada abad ke19, pensil mulai dikenal di banyak negara. Bahkan pada awal abad ke-20, pensil digunakan oleh anak-anak sekolah.

Setelah diketemukannya pensil, untuk mempermudah menghapus tulisan yang salah maka diketemukan penghapus. Penghapus yang dikenal juga dengan istilah setip pada umumnya berbahan karet yang lembut. Penghapus ditemukan tepatnya pada tahun 1770 oleh Joseph Priestley. Ia menyatakan telah melihat bahan yang sangat sesuai untuk menghilangkan tanda arang pensil pada kertas. Saat itu di Eropa, goresan pensil dihapus dengan menggunakan kubus-kubus kecil yang terbuat dari karet.

Namun ada versi lain yang mengatakan bahwa penghapus karet pertama diciptakan oleh Edward Naime pada tahun 1770. Sebelum ditemukan penghapus karet, untuk menghapus goresan pensil mereka menggunakan serbuk roti. Suatu saat Naime salah mengambil barang, ia ingin mengambil serbuk roti, namun malah kepingan karet yang diambilnya dan ia menemukan penghapus dari karet.

Karet dalam bentuk mentah tentu saja sulit untuk disimpan oleh karena itu agar tidak mudah rusak, pada tahun 1839, Charles Goodyear menemukan proses vulkanisasi dimana ia mampu menjadikan karet sebagai bahan yang lebih tahan lama. Proses vulkanisasi inilah yang menjadikan adanya penghapus karet yang kini banyak digunakan.

diambil dari Andriewongso.com

Artikel Motivasi

Mahasiswa Indonesia Ciptakan Kursi Roda Sensor Mata

Indonesia dari segi perkembangan teknologi boleh jadi ketinggalan dengan negara maju di dunia. Namun, bibit-bibit unggul asli anak bangsa rupanya tetap bertumbuh di negeri ini. Buktinya, seperti yang dilakukan salah satu mahasiswa kreatif dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Pria bernama Jauhar Wayunindho ini berhasil menciptakan kursi roda listrik yang dikemudikan dengan sensor dari gerakan mata.

Jauhar menyebut bahwa inovasi tersebut diciptakan karena ia ingin memberikan solusi bagi mereka yang lumpuh total. Sebab, hanya dengan gerakan mata, kursi roda bisa digerakkan ke arah yang dikehendaki. Ia mengenalkan inovasinya ini dalam acara Pekan Ilmiah Mahasiswa ITS (PIMITS).

Untuk kursi roda ini, Jauhar mengatakan bahwa ia menempatkan sensor pada retina mata sehingga dapat mengenali gerakan lirikan ke atas, bawah, kanan, dan kiri yang dihubungkan pada sensor gerak kursi roda. Jika mata melirik ke bawah, maka kursi akan maju ke depan. Jika melirik ke atas, kursi bergerak mundur. Sedangkan lirikan kiri dan kanan akan menentukan arah gerak ke kiri dan kanan.

Untuk berhenti, penggunanya hanya perlu memindahkan arah lirikan dengan cepat. "Misalnya, kalau melirik ke kanan, maka lirikan dipindah ke kiri secara cepat, sehingga kursi akan berhenti," sebut Jauhar.

Namun, ia juga mengaku bahwa kursi itu belum sempurna. Sebab, bobot maksimal pengguna kursi itu hanya boleh sampai 65 kilogram. Selain itu, lirikan mata yang spontan, misalnya saat dipanggil orang lain, akan membuat kacau gerakan kursi. Jika ia sudah berhasil menyempurnakan temuan ini, Jauhar berencana akan mencari sponsor untuk memproduksi secara masal kursi ini. Sungguh, sebuah inovasi karya anak bangsa yang patut ditunggu realisasinya untuk membantu lebih banyak orang lumpuh.

diambil dari Andriewongso.com

Rabu, 04 Februari 2009

Kemana Perginya IDEALISME itu???

REALITA MAHASISWA

Saat aku masih SMA, kupikir isi dari sebuah kampus adalah orang-orang yang mempedulikan bangsanya layaknya yang kulihat di televisi saat mahasiswa menggelar demo, bahkan sampai berbuat desdruktif.

Sekarang, aku termasuk di antara mereka. Lalu apa yang kudapat?

Hanya segelintir orang sajalah yang peduli akan negara ini, yang lain asik dengan dunianya sendiri.

Bahkan beberapa orang memilih kampus ini hanya demi mendapatkan uang nantinya, mereka tidak sadar bahwa biaya pendidikan mereka sebagian merupakan jerih payah masyarakat.

Mereka hanya ingin mendapat uang dengan bekerja pada perusahaan asing, bukannya membuka lahan pekerjaan baru untuk para penganggur.

Mereka ingin bekerja pada perusahaan yang mempunyai kontrak karya dengan Indonesia yang tidak rasional.

Mereka ingin bekerja pada perusahaan yang sudah menyedot minyak kita sehingga harga BBM kita harus sesuai dengan pasar NY.

Apakah orang-orang ini adalah orang yang sama dengan yang melakukan demo menuntut hak rakyat??

Ditulis dalam gayagerak.wordpress.com